Apa Saja Kelemahan Motor Listrik? Simak Sebelum Beli!
Motor listrik merupakan produk yang terbilang masih baru untuk di Indonesia. Motor tanpa suara saat mesin dinyalakan ini sempat digadang-gadang akan menggantikan motor konvensional alias motor yang masih menggunakan bahan bakar bensin.
Walau demikian, ada beberapa kelemahan motor listrik yang tentunya masih menjadi keraguan market di Indonesia. Terlebih masyarakat Tanah Air lebih terbiasa menggunakan motor berbahan bakar bensin. Ditambah perkembangan teknologi mesin serta inovasi desain membuat motor konvensional malah semakin menarik.
Ambil contoh teknologi mesin, kini motor semakin irit. Honda Beat misalnya punya jantung mekanis yang bisa menghemat konsumsi BBM hingga 60,6 Km/liter. Jadi membeli BBM, sesungguhnya bukan hal yang berat untuk pemilik motor.
Motor konvensional juga hadir dalam berbagai desain. Ada motor retro, skuter, motor bebek, hingga sport fairing. Kalau motor listrik di Tanah Air saat ini kebanyakan hanya berjenis skuter.
Selain itu, banyaknya produk aftermarket seperti knalpot juga mendukung kecintaan masyarakat akan motor konvensional. Gampangnya motor jenis ini lebih mudah untuk dimodifikasi. Beda dengan motor listrik yang masih belum punya komponen aftermarket beragam.
Ini kelemahan memiliki motor listrik di Indonesia
Harga masih mahal
Penjualan motor listrik di Indonesia terbukti belum bisa menyusul dari penjualan motor-motor berbahan bakar bensin. Salah satu penyebabnya adalah harga yang tergolong mahal. Ini adalah salah satu kelemahan motor listrik.
Beberapa merek seperti NIU dan Gesits menjual produk mereka dengan harga di atas Rp 20 juta. Padahal jika bandingkan dengan Honda BeAT atau Yamaha Mio yang dipasarkan Rp 16 jutaan, harga tersebut punya gap yang cukup jauh.
Selain harga yang tergolong masih mahal, mayoritas pembelian motor listrik belum bisa kredit. Umumnya harus dengan cara tunai. Sebab banyak lembaga pembiayaan yang masih membuka kran kredit untuk motor listrik.
Jarak tempuh pendek
Kelemahan motor listrik berikutnya adalah jarak tempuh yang pendek. Yup, dikarenakan motor listrik menggunakan battery, otomatis efeknya ada batasan jarak tempuh. Umumnya motor listrik yang beredar di Indonesia mampu menempuh jarak sekitar 50 Km untuk satu battery.
Memang, diler yang menjual motor listrik menawarkan opsi tambahan battery, namun pembeli harus mengeluarkan uang ekstra kisaran Rp 7 juta sampai 12 jutaan.
Ditambah, para importir motor listrik umumnya menawarkan produknya di kota-kota besar seperti Jakarta. Alih-alih ingin mendapat respons market milenial, yang ada malah konsumen khawatir baterai habis di jalan. Terlebih penggunaan motor listrik untuk aktivitas harian yang notabennya Jakarta identik dengan kemacetan.
Jaringan diler dan bengkel hanya di kota-kota besar
Yup, mayoritas importir sepeda motor listrik membuka jaringan diler dan bengkelnya baru di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan kota besar lainnya.
Alhasil, masyarakat di daerah yang berniat membeli motor listrik menjadi susah. Pun jika mereka membelinya dari diler yang berbeda kota, mereka menghawatirkan soal minimnya jaringan bengkel resminya.
Di samping itu, komponen aftermarket belum banyak yang menjual. Bengkel-bengkel modifikasi pun masih jarang menggarap motor listrik.
Mesin tidak mengeluarkan suara
Kelemahan motor listrik selanjutnya adalah mesin motor yang tidak mengeluarkan suara. Bagi sebagian besar masyarkat di Indonesia hal ini masih asing bagi mereka, ditambah kebiasaan pemilik motor konvensiaonal adalah memodifikasi, termasuk suara yang keluar lewat knalpot.
“Secara desain unik, namun jarak tempuh yang pendek serta mesin yang tidak mengeluarkan suara dirasa kurang gagah. Namun motor listrik ini cocok jika digunakan untuk aktifitas sekitaran komplek,” ungkap Bule, pemilik bengkel modifikasi Gator.
Nah, bagi moladiners yang sudah terbiasa menggunakan motor dengan mesin konvensional yang ingin beralih ke motor listrik baiknya pertimbangkan dulu ya. Setidaknya untuk sekarang, masih banyak kekurangannya.
Walau demikian, bukan tidak mungkin di masa depan motor listrik lebih baik lagi. Ekosistemnya di Indonesia pun semakin baik. Mau tidak mau, tren di masa depan sepertinya memang mengarah ke kendaraan elektrifikasi.
Simak terus Moladin.com untuk mendapatkan informasi seputar otomotif yang menarik.
[ad_2]